Yaslis Institute

We serve you better. We provide all you need in training, workshop, consultant and research human resource, health, hospital, insurance.

Membuat Nusantara Bernyanyi

Senin, 20 Desember 2010

Yaslis Ilyas[1]

1. Budaya Kekerasan
Kekerasan dalam kehidupan sosial kita sudah menjadi kejadian sehari-hari. Kekerasan hampir dilakukan oleh semua kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial, gender, pekerjaan dan kelompok lainnya. Kekerasan sosial dari variabel umur tampaknya sudah terjadi pada umur sangat muda dikalangan pelajar sekolah dasar yang berumur antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun telah terjadi kekerasan. Sebenarnya, perkelahian diantara pelajar sekolah dasar terutama diantara pelajar putra merupakan sesuatu yang wajar, sepanjang tidak mencederai fisik maupun mental berkelanjutan. Tetapi tingkat kekerasan di sekolah dasar kadang sudah melampaui batas kenakalan anak2. Kita masih ingat perkelahian 2 anak lelaki di Medan yang sampai dibawa ke meja hijau kemudian hakim menjatuhkan hukuman kepada yang dianggap bersalah dan harus masuk penjara padahal dia masih anak2. Hal ini menjadi berita heboh nasional ketika itu. Kekerasan di tingkat sekolah dasar terjadi juga diantara pelajar putri dimana kelompok yang lemah diejek dan dihina oleh sesama temannya. Memori kitapun masih ingat seorang pelajar putri di Bekasi gantung diri karena diejek setiap hari oleh kawannya karena bapaknya pedagang bubur. Ini peristiwa yang sangat mengenaskan dalam kehidupan sosial anak2 kita. Yang lebih parah, kekerasan yang dilakukan oleh guru atau direkayasa oleh guru dilakukan oleh murid2 terhadap ”murid yang dianggap nakal atau tidak disiplin”. Cerita kekerasan guru terhadap murid bisa menjadi novel yang panjang di negeri ini.

Kekerasan dilingkungan pelajar berumur 12 tahun sampai dengan 17 tahun yang duduk dibangku SMP dan SMU tentunya lebih parah lagi. Kekerasan dimulai pada intra sekolah dari kelompok pelajar senior terhadap yunior baik fisik maupun mental. Banyak pelajar yang luka dan takut masuk sekolah karena dipukuli dan diperas oleh seniornya. Yang lebih mengkhawatirkan tawuran pelajar antar sekolah. Tawuran diantara pelajar sudah menggunakan senjata tajam seperti: rantai besi, pisau, bahkan pedang. Tawuran diantara pelajar bukan saja menimbulkan trauma pisik dan mental, tapi juga korban jiwa. Tawuran bukan saja terjadi di kota2 besar, tetapi juga terjadi kota2 kecil. Yang paling mengkhawatirkan kekerasan sudah dilakukan terbuka oleh pelajar putri terhadap pelajar putri lainnya. Mereka telah membuat gang dengan nama yang menyeramkan seperti: gang pelajar putri Nero di kota kecil Pati, Balikpapan, Malang dan kota2 lainnya. Kalau pembaca buka internet di situs You Tube akan terlihat video kekerasan yang dilakukan sekelompok pelajar putri terhadap pelajar putri lainnya. Kekerasan terjadi diantara pelajar putri di sekolah negeri maupun swasta; di sekolah berbasis agama ataupun tidak. Tingkat kekerasan di tingkat pelajar ini sudah sangat mengkuatirkan.

Ada pepatah: Ala bisa karena biasa. Karena sudah terbiasa hidup di lingkungan kekerasaan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum dan kejuruan; perilaku inipun terbawa pada jenjang pendidikan tinggi. Kekerasan di tingkat mahasiwapun juga semakin memalukan. Kita bisa lihat berita kekerasan mahasiswa baik di media elektronik maupun cetak terjadi dilingkungan kampus diantara kelompok mahasiswa fakultas yang berbeda. Tawuran di kalangan mahasiswa juga terjadi antar kampus hampir di seluruh kota2 besar di Indonesia. Kekerasan di lingkungan kampus yang menjadi breaking news terjadi di IPDN Jawa Barat yang sampai merenggut jiwa berkali-kali. Sampai2, masyarakat menyebut IPDN sebagai Institut Pembunuh Dalam Negeri. Sekolah dan kampus sebagai tempat pencerahan akal budi menjadi kehilangan pamornya, sudah.

Aku kutip sebagian renungan Dorothy law Notle, yang perlu kita renungkan bersama:
Jika anak hidup dalam suasana penuh kritik, ia akan belajar untuk menyalahkan.
Jika anak hidup dalam permusuhan, ia akan belajar berkelahi.
Jika anak hidup dalam ketakutan, ia akan belajar untuk gelisah.
Jika anak hidup dalam belas kasihan diri, ia akan belajar untuk mudah memaafkan dirinya sendiri
Jika anak hidup dalam ejekan, ia akan belajar untuk merasa malu.
Jika anak hidup dalam kecemburuan, ia akan belajar untuk iri hati.
Jika anak hidup dalam rasa malu, ia akan belajar untuk rasa bersalah.
Jika anak hidup dalam semangat dan jiwa besar, ia akan belajar untuk percaya diri

Menyelesaikan konflik dengan otot, marah dan senjata sudah menjadi budaya yang sangat menakutkan. Sekarang, kita lihat perang antar suku, kampung, nagari dan desa sudah terjadi secara terbuka karena memperebutkan batas tanah atau masalah sosial lainnya. Korban jiwa akibat konflik ini sudah sangat banyak. Di kota besar seperti Jakarta, kekerasan di jalan menjadi kejadian sehari-hari. Perkelahian antar pengemudi motor, angkot, bis dan mobil pribadi terjadi setiap saat. Kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan jalan membat semua orang stres dan menjadi pemarah. Pelaku pengemudi bak preman jalanan, siapa yang berani dia dapat jalan; akibat sering terjadi serempetan dan tabrakan yang menimbulkan perkelahian, korban luka dan nyawa. Bangsa ini tidak mampu lagi menggunakan kearifan nenek moyang; musyawarah untuk mufakat menyelesaikan masalah diantara mereka. Pepatah: Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat; tidak dikenal apalagi menjadi sikap hidup.

Mari kita lihat lagi kelompok profesi lain juga mempertotonkan kekerasan secara telanjang dimuka publik. Anggota DPR ataupun DPRD yang terhormat berkelahi karena tidak mampu mengendalikan emosi ketika berbeda pendapat. Rakyat sebenarnya, sangat luka atas perilaku wakil kita yang mengedepankan otot, marah jauh dari akal budi. Keputusan bijak apa yang dapat dihasilkan untuk membuat negara ini adil dan makmur bila wakil rakyat berperilaku seperti preman? Yang paling mengerikan adalah kekerasan antar alat negera. Kita sering melihat dan mendengar berita perang antar Polisi dan TNI karena persolan personal. Keributan personal antar anggota korps diselesaikan dengan senjata dengan saling serang yang mengorbankan nyawa sia-sia dengan senjata yang dibeli dari uang pajak rakyat yang sudah menderita.

Sungguh, ibu pertiwi sudah tidak punya air mata lagi untuk meratapi perilaku kekerasan yang terjadi pada anak bangsa hampir diseluruh wilayah nusantara. Apakah masih ada solusi untuk membuat Nusantara Bernyanyi?

2. Apa yang salah dalam pendidikan Kita?
Bagaimana kebijakan pendidikan kita? Selama ini terdapat kecenderungan bahwa kebijakan pendidikan yang mengagungkan kecerdasan (IQ = intelegent Quotient). Ini tampak dengan kebijakan Ujian Akhir Nasional yang Ditetapkan oleh Depdiknas angka kelulusan menjadi indikator satu2nya keberhasilan proses pendidkan. Hal yang terpenting pembentukan karakter atau kepribadian anak dilupakan untuk digarap dengan baik sehingga anak didik dapat menjadi manusia yang ber akal budi lebih baik.

Akibat kebijakan pendidikan ini, Sekolah-sekolah lebih menitikberatkan pada aspek-aspek akademik yang mengarah kepada pengembangan intelektual dibandingkan dengan pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual. Indikatornya adalah: (1) jumlah jam dan jenis pelajaran yang berkontribusi untuk pengembangan kecerdasan intelektual lebih banyak; (2) proses pembelajaran termasuk ulangan dan ujian lebih mengarah kepada kemampuan akademik; (3) kejuaraan dan keteladanan siswa lebih bertumpu kepada hal-hal yang bersifat akademik; (4) kriteria kenaikan kelas dan kelulusan lebih dominan pada aspek-aspek akademik.[2]

Dengan tidak cukupnya anak didik mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan emosinya berakibat buruk terhadap karakter atau kepribadiannya. Sebenarnnya, nenek moyang sangat arif dan bijak; kalau saja penguasa Depdiknas kita cukup cerdas seharusnya mereka mengetahui kearifan falsafah : Dasar lebih kuat dari pada ajar. Artinya, peletakan dasar perilaku yang baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sangatlah penting dalam karakter anak bangsa. Seharusnya, Depdiknas dan Dinas Pendidikan Propinsi dan kabupaten/kota membuat instrumen pendidikan yang memberikan peluang anak didik untuk meningkatkan EQ mereka.

Emotional Quotient (EQ) yaitu: kemampuan untuk mengenali emosi diri; kemampuan untuk mengelola dan mengexpresikan emosi dengan tepat; kemampuan untuk memotivasi diri; kemanpuan untuk mengenal orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.[3]

Sukses seseorang tidak hanya ditentukan oleh IQ, tetapi banyak dipengaruhi faktor lain salah satunya adalah EQ. Daniel Goleman berpendapat bahwa IQ hanya menyumbangkan 20% terhadap keberhasilan seseorang, selebihnya ditentukan oleh faktor-faktor lain dimana EQ termasuk di dalamnya. Didalam dunia kerja : IQ gets you hired, but EQ gets you promoted.

3. Bagaimana meningkatkan EQ?
Pada dasarnya EQ dapat ditingkatkan bila ada rekayasa sosial yang ditujukan pada perkembangan anak sejak dini. Kekerasan terhadap anak balita oleh orang dewasa di rumah harus dicegah dan dihukum sesuai dengan Undang2 yang berlaku. Anak Balita harus mendapat kasih sayang dari ibu dan ayah secara wajar. Pendidikan pra sekolah perlu terus dikembangkan sehingg anak balita tumbuh sehat jasmani dan rohaninya. Mungkin, mata ajar budi pekerti di sekolah perlu diberikan kembali.

EQ dapat ditingkatkan dengan memberikan kesempatan pada anak didik untuk mempelajari dan menekuni kesenian (Art) bisa: seni tari, seni suara, seni patung, musik, seni peran, seni lukis dan seni bela diri. Semua ketrampilan di bidang seni membutuhkan ketekunan, persistensi dan fokus terus berlatih sampai mahir. Untuk dapat trampil dibidang seni perlu tingkat kesabaran yang tinggi, selama bertahun-tahun. Sebagai contoh: untuk dapat menjadi penari Bali yang mahir dibutuhkan waktu yang panjang tanpa mengenal lelah dan dilakukan dengan suka cita. Anak didik dengan EQ yang tinggi menjadi manusia dengan karakter yang baik sepert : sabar, kreatif dan lentur. Disamping itu, mereka akan dapat mudah adaptif dengan perubahan dan mudah berkerja sama. Secara paralel, anak didik dengan EQ tinggi juga mempunyai etika sosial yang baik sehingga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis dilingkunagan rumah, sekolah dan masyarakat.

4. Membuat Nusantara Bernyanyi
Kebanyakan orang mengatakan pendidikan seni itu mahal sehingga tidak menjadi prioritas gerakan nasional dalam rangka peningkatan EQ anak didik. Sebenarnya, tidak juga apabila kita cukup cerdas memilih pendidikan kesenian yang dapat dilakukan diseluruh sekolah di Indonesia. Saya selalu menyampaikan ide : Nusantara Bernyanyi pada setiap kesempatan baik formal maupun informal di kampus, pimpinan, propinsi, kabupaten atau siapapun sehingga ide ini dapat bergulir dengan harapan menjadi bola salju raksasa di masa depan.

Ide ini sangat sederhana dengan mengajarkan anak didik kita setiap tingkat sekolah dasar sampai menengah belajar bernyanyi dan bersuling ria. Kenapa suling dan bernyanyi? Karena suling sangat murah dan bisa juga dibuat sendiri. Di setiap desa di Indonesia ini ada bambu sebagai bahan baku suling. Adapun, guru seni suling dapat dicari pemuda atau pemudi desa yang mahir meniup suling dan bernyanyi. Mudah dan murah bukan?

Bagaimana praktiknya di sekolah? Setiap anak berlatih suling setiap minggu 2 jam mata ajar seni suling dan bernyanyi. Untuk naik kelas anak didik harus dapat bermain suling dan bernyanyi sebanyak 10 lagu. Artinya, mereka belajar dari berlatih 1 lagu untuk setiap bulan. Nilai untuk mata ajara ekstra kurikuler ini hanya A untuk yang bagus sekali dan B untuk yang baik. Dengan demikian, tamat sekolah dasar minimal mereka mahir 60 puluh lagu anak2 yang sesuai dengan perkembangan jiwa mereka. Anak didik yang lulus SMU akan mahir 120 buah lagi. Adapun, anak didik yang punya talenta akan berkembang dengan sendirinya.

Dinas Pendidikan dapat membuat lomba lagu tingkat kabupaten setiap tahun sehingga tercipta sejumlah lagu yang dapat digunakan sebagi pengajaran disekolah. Lagu2 ini bisa berbahasa daerah ataupun bahasa Indonesia; bisa bernafaskan budaya daerah dan religi agama. Pada tingkat propinsi, setiap tahun juga diadakan lomba cipta lagu yang bercirikan daerah asing2. Selanjutnya, tingkat nasional Depdiknas melakukan lomba cipta lagu setiap satu atau dua tahun untuk mendorong membuat lagu anak didik yang bernafaskan nusantara. Anda, bisa bayangkan berapa ribu lagu dapat diciptakan dan dimainkan oleh anak didik di seluruh Indonesia. Inilah yang saya sebut membuat Nusantara Bernyanyi.

Disamping, terjadi peningkatan jumlah dan mutu lagu anak dan remaja yang pas dengan kebutuhan perkembangan jiwa mereka, diharapkan juga peningkatan kualitas bambu sebagai bahan dasar alat musik. Bambu tidak saja dibuat untuk suling dan angklung, juga dapat dikembangkan inovasi membuat alat musik baru dari bambu. Di Equador, sebuah negara di Amerika Selatan, bambu dibuat alat musik yang dapat menghasilkan bunyi yang bervariatif dan menghasilkan suara musik yang menakjudkan mereka menyebutnya : Pan Flute. Alat musik seperti ini bukan tidak mungkin bisa diciptakan oleh pemuda/i Indonesia di masa depan.

Kalau saja gerakan itu dilaksanakan dengan baik kurun waktu 5 s/d 10 tahun sudah dapat diharapkan terjadi peningkatan terhadap EQ anak didik kita. Hanya mereka yang menanam saja, yang akan menuai panen. Gerakan Nuantara Bernyanyi akan berpengaruh terhadap kualitas EQ anak didik dengan ciri2 mempunyai karakter pribadi sbb:
· empaty
· mengungkapkan dan memahami perasaan
· mengendalikan amarah
· kemandirian
· kemampuan menyesuaikan diri
· disukai
· kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
· ketekunan
· kesetiakawanan
· keramahan
· sikap hormat

5. Penutup
Mudah2an ide membuat Nusantara bernyanyi yang sederhana, murah dan mudah dilaksanakan, dapat diadopsi oleh para pengambil keputusan baik di tingkat sekolah, Kantor Dinas Pendidikan kecamatan/ Kabupaten/Kota, Propinsi dan nasional Depdiknas.


[1] DR. YASLIS ILYAS, DRG, MPH. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Telp. (021) 7270169 / Fax. : (021) 786497, HP0811167429
Email:yaslis-ilyas@yahoo.com ; yaslis@ui.edu; Blog : yaslis&kesehatan masyarakat[2] Suytaman, Penegembangan Kecerdasan Spritual, Emosional, dan Intelektual. www.geocities.com/gurunyalah, Juli 2008.[3] Peter Salovey & Jhon Mayer in http/www.fedus.org

Workshop Perencanaan SDM Rumah Sakit

Minggu, 05 September 2010

Workshop Perencanaan SDM Rumah Sakit ini akan dilaksanakan di Hotel Santika Premiere Jakarta pada tanggal 22 - 23 September 2010.

Lokakarya ini bertujuan : Memberikan pemahaman teori dan konsep tentang Perencanaan SDM RS; Memberikan keterampilan tehnik menghitung kebutuhan SDM RS; Memberikan pemahaman dan mempraktekkan penggunaan software penghitungan kebutuhan tenaga RS.

Jumlah peserta dibatasi 33 orang. Peserta diwajibkan membawa laptop.

klik disini untuk keterangan lebih lanjut.

Siapakah Manusia dan Manusia Indonesia itu?

Jumat, 03 September 2010

Semua penganut agama sepakat bahwa manusia bukanlah berawal atau berasal dari monyet seperti yang disampaikan oleh hyphotesis Tuan Darwin. Hyphotesis ini mendapat banyak kritik dan juga tdk dapat dibuktikan secara ilmiah. Pendek kata banyak ahli mempertanyakan keabsahan teori Tuan Darwin. Semua umat agama samawi mempercayai bahwa manusia adalah makluk yang sebaik2nya diciptakan oleh Allah SWT dengan bahan dasar dari segumpal tanah untuk menjadi khalifah di planet bumi. Keyakinan ini dirujuk dari kebenaran wahyu Allah SWT yang dituliskan pada Kitab Taurat, Jabur, Injil, maupun Qur’an. Manusia pertama yang dipercayai umat beragama adalah Nabi Adam dan Siti Hawa yang karena melanggar aturan Allah SWT (memakan buah terlarang) dicampakkan ke planet bumi yang kita kenal sekarang ini.

Dikisahkan bahwa Nabi Adam dan Siti Hawa mempunya 2 pasang anak kembar yaitu: Khobil dan Lamuda sedangkan pasangan lain adalah: Habil dan Ikhlima. Setelah beranjak dewasa, Nabi Adam memerintahkan anaknya untuk menikah silang yaitu Khobil menikahi Ikhlima sedangkan Habil menikahi kembaran Khobil. Perintah Nabi Adam kepada anaknya untuk menikah silang dimaksudkan untuk mengurangi efek kelainan karena faktor keturunan atau genetika. Kalau demikian, Nabi Adam telah memberikan clue atau dasar pemikiran tentang Ilmu Genetika yang dikembangkan oleh Tuan Mendel jutaan tahun kemudian.

Alkisah, Khobil menolak titah Nabi Adam dikarenakan Ikhlima buruk rupa sedangkan Lamuda akan dinikahkan dengan Habil yang buruk rupa pula. Disinilah mulainya konfilk atau permusuhan antar manusia dimulai; Khobil kemudian membunuh Habil untuk menguasai gadis idamannya Lamuda. Karena kita mempercayai kisah ini maka sebenarnya manusia adalah keturunan pembunuh.

Siapapun anda sebenarnya adalah keturunan Khobil yang sanggup membunuh saudara kandungnya hanya karena alasan syawat semata. Jadi tidak heranlah kalau manusia kadang sombong, serakah, iri, dan dengki dan kejam adalah suatu yang wajar karena sebenarnya manusia merupakan keturunan Khobil sang pembunuh.

Kalaulah alasan Khobil tidak sudi dinikahkan dengan Ikhlima yang buruk rupa, pendek, bibir tebal, pesek, hitam berambut kriting (ciri2 manusia tidak cantik saat ini). Sedangkan, Khobil adalah gagah, tinggi, besar, putih, mancung dan berambut pirang (ciri2 manusia tampan saat ini); tampaknya, pantas2 saja. Sebenarnya secara naluri memang manusia lebih meyukai phisik atau lahiriah yang indah dipandang mata. Hal ini kontras dengan ciptaaan Allah SWT yang memiliki nafsu syawat juga yaitu: binatang. Pada dunia hewan tampaknya perbedaan fisik hampir tidak ada mereka relatif sama. Setiap spesies binatang relatif serupa sehingga tidak ada si buruk rupa maupun si cantik yang dapat menimbulkan perbedaan preferensi diantara binatang jantan maupun betina. Yang ada pada sebagian spesies binatang adalah hewan jantan punya naluri untuk menguasai lebih banyak betina. Sedangkan, pada spesies burung, setiap pasangan setia pada pasangannya sejak lahir, mereka kawin dengan kembarannya sehingga mereka menjadi identik.

Apa yang terjadi pada mahluk yang bernama manusia? Khobil tidak cukup puas hanya dengan satu istri yang cantik rupawan bernama Lamuda. Alkisah, Khobil juga menikahi Ihklima walaupun buruk rupa, namanya juga laki2 kalau istri cantik berhalangan gadis tersedia (Iklimah) pantang disia-siakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa Khobil dengan kedua istrinya, merupakan nenek moyang umat manusia. Keturunan mereka inilah merupakan cikal bakal manusia yang tersebar di seluruh planet bumi. Bisa kita sepakati bahwa seluruh etnis dan suku bangsa yang hidup dimuka bumi adalah keturunan Khobil dan kedua istrinya.

Setelah berlangsung jutaan tahun sejarah manusia dengan variasi lingkungan hidupnya. Varian kombinasi unsur genetika ketiga nenek moyang manusia menghasilkan varian ribuan etnis dan suku bangsa di-lima benua di planet bumi ini. Keragaman spesies manusia, kalau kita bisa sebut demikian, dapatlah dikategorikan menjadi tiga kelompok keturunan umat manusia yang kita kenal sebagai ras atau suku bangsa. Pertama, kelompok yang dominan unsur genetika Khobil dan Lamuda yang gagah dan cantik berkembang menjadi yang kemudian kita kenal sekarang sebagai kelompok manusia Kaukasoid yang lebih dikenal sebagai ras kulit putih. Ras ini berasal dan hidup di Eropah dan jajirah Asia Selatan (Persia, Arab dan Mesir). Kedua, ras yang dominan berasal dari genetika Habil yang lebih dikenal sebagai negroid yang juga dikenal sebagai ras kulit hitam. Ras ini umumnya berasal atau hidup di benua Afrika. Terakhir, suku bangsa yang berasal dari keseimbangan gabungan genetika Khobil dan Habil berkembang menjadi suku bangsa Mongoloid yang juga dikenal sebagai ras kulit kuning yang hidup di benua Asia.

Kalau kita lihat sejarah, tampak makin dominan genetik yang berasal dari Khobil makin gagah dan cantik suku bangsa ini. Secara phisik ras ini mendekati sempurna. Pria kulit putih umumnya tinggi, tampan dan gagah, sedangkan wanita kulit putih tinggi dan cantik. Kondisi ini bertolak belakang dengan ras kuit hitam umumnya pendek, tidak tampan dan tidaklah cantik. Adapun, ras kulit kuning relatif cantik dan gagah walaupun phisiknya tidak seperti ras kulit putih.

Kita lihat sejarah kembali, benarkah perilaku manusia berkaitan dengan genetika keturunannya? Kalau kita lihat sejarah penjajahan, perbudakan dan penghinaan terhadap kemanusiaan banyak dilakukan oleh ras kulit putih. Sejarah panjang kolonial di Afrika dan Asia merupakan bukti kekejaman manusia dengan dominan keturunan khobil. Kita lihat pembangunan Piramid di Mesir jutaan tahun yang lalu dibangun oleh budak2 hitam yang dipaksa oleh ras Kaukasoid. Kita lihat juga sejarah perbudakan ras kulit hitam yang diperkejakan di perkebunan dan pembangunan gedung2 megah bersejarah di Amerika dan Europa; itu hanya dapat terjadi karena kekejaman terhadap kemanusiaan yang tanpa batas terhadap ras kulit hitam oleh kulit putih. Bangsa Amerika melakukan juga perbudakan kepada ras kulit kuning untuk pembangunan rel kereta api didaratan Amerika. Mereka diperlakukan dengan sangat buruk, puluhan ribu pekerja yang berasal dari daratan China mati akibat kondisi kerja yang buruk, tanpa fasilitas tempat tinggal dan kesehatan yang memadai. Bagaimana buruk nya Ras kulit putih mempelakukan Ras kulit hitam dan kulit kuning merupakan bukti sejarah kekejaman manusia terhadap manusia lainnya.

Makin dominan genetika Khobil, makin tinggi kekejaman kelompok manusia tersebut. Makin berusaha memurnikan ras karena arogansi atas ras dan keturunan maka makin kejam ras kelompok manusia tersebut. Kita lihat kejadian yang masih berbekas jelas pada ingatan kita pada tahun 2010 ini; bagaimana kekejaman Ras Yahudi sangat anti kemanusiaan dengan menyerang Kapal Mavi Marmara yang membawa relawan tanpa bersenjata. Relawan yang menyabung nyawa dengan tujuan mulia untuk membantu rakyat Palaestina yang dikepung dan dibunuhi oleh Israel. Puluhan relawan mati adan luka kena peluru dan dipukuli dengan kejam oleh tentara Zionis Israel. Tampaknya, makin kental ras berasal dari keturunan Khobil makin kejam ras tersebut. Mungkin ras Yahudi mendekati the true Khobil sehingga tidaklah heran bangsa ini sangat arogan dan kejam terhadap bangsa lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan juga dilakukan oleh George Bush, ras kulit putih presiden Amerika, dengan melulu-lantakkan negara merdeka Irak dengan menuduh Irak mempunyai senjata nuklir yang tidak pernah terbukti sampai sekarang. Apa yang dilakukan Bush sebenarnya penjajahan dengan moda baru pada era moderen. Yang pasti bangsa Irak telah menderita sangat luar biasa ratusan ribu manusia tewas, cacat, luka dan kehilangan harta benda. Apa yang terjadi di Irak akibat kekejaman Bush merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak terperikan, sungguh penghinaan terhadap kemanusiaan dengan kedok demokratisasi bukan saja menumbangkan rezim Sadam Hussein, tapi juga menghancurkan harkat kemanusaan bangsa Irak. Ini juga bukti sejarah kekejaman ras kulit putih terhadap bangsa lain di planet bumi.

Kita lihat juga sejarah Perang Dunia II; bagaimana Hitler (ras kulit putih) sangat kejam terhadap ras Yahudi. Hal ini terjadi karena arogansi ras Arya sebagai manusia super di muka bumi. Sejarah juga menunjukkan manusia yang bernama serupa dengan Khobil juga sangat kejam luar biasa. Sejarah mencatat betapa Khubilai Khan, Kaisar bangsa Mongol, luar biasa kejam membasmi bangsa lain diseantero Asia pada jamannya. Khubilai Khan bukan saja menaklukkan musuh2nya tapi juga membumi hanguskan seluruh sarana dan prasarana dan membasmi/membunuh musuhnya tanpa ampun.

Sejarah juga memberikan pengetahuan yang sangat kontras pada ras kulit hitam. Bangsa ini selalu menjadi manusia pelengkap penderita sepanjang sejarah manusia. Bangsa ini menjadi korban dari bangsa lain. Bangsa ini ditaklukkan dan dijadikan budak oleh bangsa ras putih. Boleh dikatakan, ras kulit hitam menjadi manusia kalahan seperti nenek moyang mereka Habil. Ras hitam, sepanjang masa selalu dibodohi, diakali dan dijadikan budak oleh bangsa kulit putih.

Dipihak lain, sejarah mencatat Marthin Luther King pejuang kulit hitam Amerika berjuang untuk mendapatkan hak2 sipil Black Amerika. Pejuang kemanusiaan ini menuntut dihapuskannya diskriminasi di negara adi jaya Amerika yang mereka klaim sebagai negara mbahnya demokrasi. Pejuang kulit hitam ini tewas dibunuh oleh ras kulit putih dari kelompok Kluk Kluk Klan kelompok yang mengagungkan superioritas kulit putih. Ketururnan Habil berhati emas lain adalah Nelson Mandela. Sepanjang hidupnya, Tuan Mandela lebih banyak hidup di penjara, disiksa, diteror dan dihina oleh rezim apartheid. Pemerintah kulit putih Afrika Selatan yang membedakan warna kulit sebagai bagian dari sosial-politik pemerintahan. Negara membedakan pelayanan untuk dengan memisahkan seluruh pelayanan sosial-politik berdasarkan warna kulit penduduk; dimana ras kulit putih mendapat keistimewaan dalam segala aspek kehdupan sosial dan politik negara. Ribuan penduduk kulit hitam dibunuhi oleh rezim kulit putih ini karena menentang sistem apartheid. Apa yang terjadi ketika Tuan Mandela menjadi Penguasa di Afrika Selatan? Tidak setetes darahpun menetes dari kelompok kulit putih karena balas dendam Tuan Mandela. Tidak seorang kulit putihpun terbunuh karena balas dendam Pejuang kemanusiaan ini. Kesamaan hak2 sipil setiap penduduk apapun ras mereka dijamin dan dilindungi oleh negara yang dipimpin oleh Tuan Mandela. Pernyataan Pejuang kemanusiaan terbesar abad ini adalah: forgiveness but not forgetness menjadi kata-kata bijak yang mendunia sampai kini. Bisa dikatakan bahwa pada diri Tuan Mandela terpateri sifat dan perilaku Habil yang saleh. Pria berkulit hitam berhati putih dengan dada selapang sahara. Boleh dikatakan hampir nihil dari sifat2 buruk mahluk yang bernama manusia.

Selanjutnya, ketika penulis berkontemplasi pada masalah ini, terbetik dalam benak bahwa nabi Adam tidaklah sembarang memberikan nama Habil mestilah ada arti atau tujuannya. Sebagaimana, kita ketahui nama adalah do’a atau pengharapan kedua orang tuanya. Sebenarnya apakah arti Habil? Aha, bukankah kata rehabilitation berasal akar kata habil? Rehabilitasi merupakan kata kerja tertua sepanjang sejarah. Rupanya, kata kerja ini telah berumur jutaan tahun, sejak nabi Adam dan masih dipakai sampai kini untuk komunikasi manusia moderen. Dengan demikian, nabi Adam memberikan nama Habil bukanlah tanpa tujuan; habil berati memperbaiki. Restorasi bukan hanya phisik atau lahiriah yang terpenting mental.

Terakhir, ras kulit kuning secara phisik berada diantara ras kulit hitam dan ras kulit putih. Umumnya, ras kulit kuning berpostur sedang, kulit berwarna sawo matang sampai kuning. Rambut berwarna hitam, lurus sebagian bermata sipit (etnis China , Jepang dan Indo China). Ras kulit kuning atau Mongolid sedikit lebih beruntung dari ras kulit hitam. Walaupun, sebagian besar bangsa2 kulit kuning juga kenyang dijadikan pelengkap penderita dalam kehidupan manusia. Orang2 China dijadikan “budak” diperkejakan untuk membuat jalur kereta api di trans Amerika. Di Asia ras kulit kuning ini dijadikan budak pekerja pembangunan infra struktur oleh kolonial Inggris. Oleh kolonial Belanda, ras kulit kuning dijadikan buruh pabrik dan perkebunan di Indonesia. Umumnya mereka diperlakukan sangat buruk dengan prasarana tempat tinggal dan kesehatan yang buruk oleh ras kulit putih; diperkirakan jutaan budak-budak ras kuning mati di benua Amerika dan Asia.

Dilain pihak, bangsa Jepang ras kulit kuning yang paling merasa superior diantara ras kuning lainnya juga menjajah ras kuning yang lebih lemah. Sebelum perang dunia ke Jepang telah menduduki Korea dan sebagian dari daratan China. Pada perang Dunia kedua Jepang Raya dengan ganasnya menduduki China, Korea, Indochina dan Indonesia. Berjuta manusia mati terbunuh, kelaparan dan sakit ketika penjajah Jepang ini berkuasa. Ratusan ribu manusia Indonesia dijadikan romusha (budak) diperkerjakan untuk kepentingan mesin perang Jepang. Puluhan ribu wanita cantik dijadikan wanita pemuas seks tentara Jepang seluruh antero pertempuran di Asia. Kekejaman bangsa Jepang bukan saja membunuh rakyat dan tentara bangsa yang menentang mereka, tetapi secara terencana tentara Jepang menyediakan budak seks dari wanita jajahannya untuk kepuasan seks tentara Jepang yang berperang. Boleh dikatakan dalam era moderen Jepang adalah penakluk bangsa Asia yang sangat kejam. Kekejaman Jepang hanya bisa dibandingkan dengan Kubilai Khan sebagai bangsa penakluk Asia pada jamannya.

Kalau kita perhatikan, tampaknya ras kulit kuning juga mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. Sejarah, memberikan pengetahuan bahwa bangsa Jepang merupakan etnis terbaik pada ras Mongoloid. Kedua diikuti oleh Bangsa China, Korea dan Singapura. Ketiga, bangsa Indochina yang terdiri Vietnam, Thailand, Laos dan Bhurma. Terakhir, adalah bangsa Melayu yang terdiri dari Malaysia, Philipina dan Indonesia.

Kita harus jujur dan berani mengakui bahwa bangsa yang paling tertinggal adalah Indonesia. Walaupun, Indonesia diberkahi kekayaan alam yang melimpah tapi bangsa tetap terbelakang diantara bangsa2 kulit kuning. Kenapa hal ini menimpa pada bangsa yang besar ini? Apakah faktor kualitas manusianya? Bukankah manfaat sumber daya alam sangat tergantung oleh tingkat kualitas manusianya?

Mari kita lihat rujukan karakter manusia Indonesia menurut para ahli. Mohtar Lubis, seorang Jurnalis terkenal Indonesia dalam bukunya menyampaikan sebagai berikut:

Menurut Mochtar Lubis, ciri pertama manusia Indonesia adalah hipokrisi atatu munafik. Didepan umum kita mengecam kehidupan seks bebas terbuka atau setengah terbuka, tapi kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi prostitusi. Banyak yang pura-pura alim tapi begitu masuk hotel pesan permpuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki korupsi, tapi dia sendiri menjadi seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap asal bapak senang (ABS) dengan tujuan selamatkan diri sendiri. Sebagai contoh Marzuki Ali, Ketua DPR dan Ruhut Sitompul anggota DPR mengatakan mantan terpidana korupsi Aulia Pohan bukanlah koruptor; karena mantan narapidana tersebut tidak makan uang korupsi, tetapi dia dihukum karena melanggar Undang2 Anti Korupsi. Begitulah cara berfikir melenceng dari legislator kita ini. Pokoknya, manusia Indonesia, lain dimulut lain dihati; mampu bicara membohongi publik. Terakhir, Kapolri melakukan kebohongan publik dengan mengatakan mempunyai bukti rekaman pembicaraan antara dua tersangka kasus penyuapan pimpinan Komite Pemberantasan Korupsi didepan Sidang Rapat Kerja dengan DPR RI. Ketika, pengadilan meminta didengarkan rekaman tersebut POLRI tidak bisa menyampaikan bukti tersebut. Begitulah, teladan kemunafikan yang dipertotonkan kepada publik, sungguh memalukan dan menyakiti hati rakyat.

Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat membela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.” Hal ini tampak pada kasus Bank Century yang sampai saat ini belum ada satu petinggi yang diseret ke pengadilan walaupun DPR telah memutuskan bahwa ada tindakan korupsis dalam kebijakan penaganan Bank tersebut. Kasus lain yang lebih kasat mata adalah kasus Gayus Tambanan yang menjadi tumbal hanya bawahan. Belum ada satupun Atasan Gayus dan Sutradara kejahatan ini di lembaga kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman yang diseret kepengadilan. Semua anak buah dikorbankan demi kejayaan dan keamanan para atasan.

Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal. Sikap feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini, yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik terhadap atasan. Pemegang Jabatan politik Bupati/Walikota, Gubernur, dan Presiden diperlakukan dengan protokuler bak raja2. Disetiap pertemuan dan rapat kerja bukanlah pertukaran pendapat, tapi lebih merupakan titah raja yang harus dilaksanakan. Setiap orang dilarang berbicara atau berpendapat beda dengan sang pemimpin. Budaya feodal ini juga hidup subur disemua lembaga pemerintah seperti: POLRI, TNI, Kejaksaan dan Kehakiman serta BUMN. Rakyat diperlakukan sebagai objek atatu pelengkap pelaku atau penyerta bahkan sebagai pelaku penderita saja. Lihat saja titah konversi minyak tanah ke gas alam cair (LNG); rakyat yang yang jadi korban bom baru yang diciptakan pemerintah. Sudah berapa banyak nyawa, harta dan cacat seumur karena titah pemerintah ini? Inilah salah satu contoh kebijakan yang sembarangan tanpa memperhatikan kemanpuan rakyat untuk menyerap teknologi baru ini. Kalau pada tahun 1950an, kemanapun kita duduk kita selalu digigit oleh bangsat, sekarang ini kemanapun kita pergi kepala kita di-injak2 para bangsat negeri ini.

Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul. Manusia Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia, termasuk memberi sesajen. ”Kemudian kita membuat mantra politik seperti: Tritura, Ampera, Orde Baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita membikin takhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul baru, juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi takhayul dan lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau GDP.” Pada bangsa ini, dukun adalah profesi terhormat, mereka selalu didatangi oleh orang terhormat dan berpangkat untuk mendapatkan berkah dan petunjuk untuk kenaikan pangkat dan berkat. Para kontestan pemilu tidak lupa membawa jimat dan mantera dari dukun2 super profesional untuk memenangkan Pemilu dan Pilkada di seantero negeri.

Ciri kelima, manusia Indonesia tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus dan berpesta. Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi miliuner seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar sarjana supaya dapat pangkat. Manusia Indonesia suka menerabas; aturan bukan untuk dipatuhi tetapi dibuat untuk dilanggar. Hampir semua tatanan dan aturan kehidupan sosial-ekonomi kita dilanggar. Contoh, yang paling jelas sehari-hari adalah bagaimana budaya kita berlalu-lintas semua dilanggar yang penting tujuan tercapai. Kelompok pejabat sipil, militer dan polisi serta orang kaya menggunakan foreders untuk menerabas aturan lalu-lintas. Kelompok pengendara motor besar dengan arogannya menguasai jalan dengan meminggirkan pengguna jalan lainnya. Pokoknya tatanan kehidupan berbangsa menjadi carut marut. Tidaklah heran bangsa ini tidak berkembang menjadi negara maju walau sudah merdeka 65 tahun.

Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat dengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang sepele tidak bernilai. Menurut Mochtar Lubis, juga bisa kejam, mengamuk, membunuh, berkhianat, membakar, dan dengki. Sifat buruk lain adalah kita cenderung bermalas-malas, tapi ingin hidup enak dan mewah. Sering kita mendengar singkatan SMS yang berarti : senang melihat orang susah; susah melihat orang senang. Begitulah pomeo yang diciptakan bangsa ini untuk menggambarkan sifat buruk manusia Indonesia.

Selain mendeskripsikan sifat2 buruk manusia Indonesia, pendiri harian Indonesia Raya itu tak lupa mengemukakan sifat yang baik. Misalnya, masih kuatnya ikatan saling tolong. Manusia Indonesia pada dasarnya berhati lembut, suka damai, punya rasa humor, serta dapat tertawa dalam penderitaan. Manusia Indonesia juga cepat belajar dan punya otak encer serta mudah dilatih keterampilan. Selain itu, punya ikatan kekeluargaan yang mesra serta penyabar. Ciri lain adalah manusia Indonesia artistik. Karena dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah. Karya seni kita seni seperti: seni tari, seni suara, musik, lukisan, patung dan karya seni lainnya sangat menonjol cukup membanggakan diantara ras kuning lainnya.

Apa yang dapat kita simpulkan dari uraian ini ? Pertama, manusia bukanlah berasal dari moyet, tetapi dari keturunan Khobil, Lamuda dan Ihklima yang berkembang menjadi tiga ras manusia yaitu: Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. Kedua, khusus manusia Indonesia cukup dominan sifat buruknya; tidaklah heran negara ini salah urus dan rakyat tidak ada yang urus karena diurus oleh manusia kurus sifat2 lurus dan bagus. Tidaklah heran Indonesia negara berjalan tertatih sehingga dengan Malaysia saja sesama ras kuning Melayu kita tertinggal sangat puluhan tahun jauhnya. Boleh dikatakan negara kita relatif stagnan dibanding negara ras Mongoloid dan ras Kaukasoid. Apakah masih ada harapan, negara ini dipimpin oleh orang besar dengan karya besar serta berhati besar sehingga dapat mengejar ketinggalannya dari ras kuning lainnya? Bagaimana menurut anda? (hurek.blogspot.com & www.blogberita.net)


(Oleh : Yaslis ILyas)

Layanan Obat Generik

Rabu, 16 Juni 2010

Layanan info obat Generik / obat murah sudah dapat diakses melalui sms menggunakan operator Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Flexi, 3 (three) dan Esia..Cukup ketik OBAT (spasi) Nama Obat kirim ke 9123, maka akan di "reply" Nama Obat Generik / Obat Murah berikut harganya..Mohon disebarkan agar harga obat dapat menjadi murah di Indonesia...Terima Kasih.