Para Profesor telah melakukan anamnesa dan pemeriksaan labaoratorium ( darah, faeces dan urine) USG dan endoscopy, tapi Diagnosa belum dapat ditegakkan. Obat antibiotika dan obat lainnya terus juga diberikan tanpa mengurangi penderitaan. Pada kondisi ini, teman aku ini sudah berkali-kali menanyakan apakah Diagnosa penyakit yang dideritanya, tetapi belum juga mendapat jawaban yang jelas. Selalu dijawab dengan gaya Medan: ” Tenanglah kau kita akan bantu dan beri layanan terbaik” Masalahnya apa yang terjadi? Setelah 7 hari rawat, Diagnosa belum juga tegak, penderitaan tidak juga berkurang dan anti biotik terus juga dimakan. Beliau merasa yakin, sebagai dokter, bahwa pengobatan ini akan memperburuk kondisi tubuhnya. Akhirnya pada hari ke 7, beliau meminta paksa pulang dengan alasan akan dirawat di rumah. Tentu saja, para Profesor Doktor yang merawat melarang, tetapi dia memaksa pulang karena tidak yakin lagi dengan pengobatan yang diberikan. Sebenarnya, dia tidaklah pulang, tetapi langsung terbang ke Penang, Malaysia. Sampai di Airport Penang, dia dijemput oleh petugas rumah sakit, kemudian dokter ahli melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dengan USG. Apa yang terjadi? Dokter mengatakan anda menderita Kanker Colon dan untuk memastikan dilakukan Endoscopy kemudian Diagnosa ditegakkan. Pada hari itu dipersiapkan semua hal yang berkaitan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan besok harinya. Telah lima tahun dia merasa hidup kembali, sekarang setiap tahun dia tetap mengunjungi RS di Penang tersebut untuk kontrol kesehatannya. Ada pertanyaan yang selalu ada pada benak teman kita ini :”Sebenarnya apa yang dikerjakan para ahli kita di RS kita”? Kita mempunyai alat yang sama juga para ahli dengan gelar Profesor Doktor kenapa Diagnosa tidak dapat ditegakkan dalam kurun waktu 7 hari? Berapa besar resiko finansial, kesehatan, kecacatan dan kematian yang mungkin diderita oleh pasien oleh karena kualitas kerja dokter kita? Anda bisa bayangkan kalau seorang dokter sudah kapok berobat ini merupakan informasi paling bernilai tentang buruknya kualitas kedokteran kita. Teman aku yang kedua adalah Manajer PT Askes. Dia telah menderita sakit yang kronis dengan gejala deman, panas tinggi dan sering buang air besar sampai 6 kali sehari. Pertama, dia di rawat selama 3 minggu di rumah sakit swasta di Medan, tapi tidak ada sama sekali perubahan. Akhirnya, atas nasihat teman beliau berangkatlah ke suatu RS di Penang. Di Rumah sakit pertama dia di anamnesa dan diperiksa kemudian ditegakkan diagnosa Kanker Non Hogkin Lymphopma stadium 4. Yang menarik, dokter Rumah sakit ini mengatakan bahwa dia tidak dapat merawat penyakit bapak, seterusnya dia dirujuk kesuatu rumah sakit yang mempunyai dokter ahli kanker yang dapat menanganinya. Di Rumah sakit rujukan, dokter memeriksa kembali dan memberikan pengobatan Chemo therapy 1 kali. Beliau dirawat selama 8 hari, kemudian dilanjutkan chemo therapy sebanyak 5 kali di rumah saki Medan. Sekarang beliau telah sehat kembali dapat berkerja dengan baik.Apa pelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman kedua teman kita ini? Tampaknya keseriusan dokter untuk memeriksa dengan baik, menegakkan diagnosa dalam waktu 24 jam sangatlah penting bagi keselamatan pasien. Yang juga pelajaran penting, kode etik dan kejujuran profesi yang dipegang teguh oleh dokter Penang dengan merujuk pasien kepada ahlinya, karena dia menyadari tidak mampu mengobatan pasien dengan baik. Kedua teman aku itu berkata, rasa ajal telah menjemput di Medan dan hidup kembali di Penang. Kapan ya, dokter ahli kita punya etika dan kejujuran profesi dan kinerja seperti sejawat mereka di negeri jiran? Wallahu Alam Bishawat
Oleh : Dr. Drg. Yaslis Ilyas, MPH, HIA, MHP, AAK
1 komentar:
boleh tau nama rumah sakit nya?
Posting Komentar